Skip to main content

8 Jalan Rezeki

Barusan saya menerima forward-an message di grup kantor, judulnya: 8 Jalan Rezeki dalam Al-Qur'an



Mari kita tengok, dari Al Qur'an Online di mushaf.id


Rezeki yang telah dijamin
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ ﴿ ٦
[11:6] Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).

Ini mungkin pembuka bahasan mengenai rezeki, barangkali masih ada yang belum pernah dengar kalau rezeki itu termasuk yang sudah ditetapkan bahkan sebelum dilahirkan.

Di era kontemporer, kalau bekerjanya di kantoran, atau di pabrik, atau dimanapun yang konsepnya digajian, yang bayarannya setiap periode kurang lebih segitu-gitu aja, maka biasanya muncul kesimpulan rezekinya mandek segitu-segitu aja. Bahkan sering pula ada yang menyemangati orang kantoran tadi supaya keluar dari pekerjaannya untuk memberanikan diri terjun  ke dunia usaha, berwira-swasta. Lucunya, ketika menjadi pengusaha, dia merekrut orang juga jadi pegawai? Ibarat saya ngajak seseorang keluar dari riba, setelah keluar dan cukup uang eh orangnya malah bisnis riba ke orang lain...naudzubillahi mindzalik. Artinya menjadi pegawai bukan hal yang salah, itu masalah pilihan, tak perlu menjerumuskan petani menjadi pemburu, gajah dipaksa menjadi singa? Kenapa memandang rendah gajah, sama-sama ciptaan Allah.

Nah, yang saya rasakan, meskipun gaji tiap periode tampak segitu-segitu aja, faktanya ketika ada keperluan yang pasang surut, ketutup tanpa harus riba. Bonus, hadiah, gratis, diskon murah, terpelihara kesehatan, barang-barang awet tidak gampang rusak, keluarga rukun, anak sholeh, dll insya Allah itu berkah dari Allah. Silahkan dikonversi ke uang, yang seringkali ujung-ujungnya cuma disimpan, dan sudah capek2 ditumpuk, hingga akhir hayat kagak sempat digunakan.. naudzubillahi mindzalik. Sudah semestinya kita selalu bersyukur, tanpa mempertanyakan rezeki buat kita, apalagi dibanding-bandingkan dengan orang lain.

Di banyak ceramahnya, Ustad Adi Hidayat sering menyampaikan, tidak akan diwafatkan seseorang hingga tersampaikan secara sempurna seluruh rezekinya. Coba cek di Youtube, salah satunya berjudul Rezeki tidak akan tertukar.

Rezeki Tak Terduga
فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ﴿ ٢﴾ 
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ﴿ ٣
[65:2] Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
[65:3] Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Pernah saya mendengar kajian Ustad Adi Hidayat, kalau setiap manusia sudah dijamin rezekinya, maka silahkan cari, berusaha, atau mungkin istilah yang sering kita dengar ialah menjemput rezeki. Tapi kalau orang beriman, bukan dia yang lelah untuk meraihnya, tapi Allah yang dekatkan rezekinya. Belum selesai, lebih khusus lagi, hanya bagi orang-orang yang bertakwa, dibukakan semua pintu keberkahan. Berkah, apa itu sebenarnya berkah? Cek lengkap di youtube salah satu kajiannya: https://youtu.be/GToLnsqkh5c

Rezeki Karena Anak

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا ﴿ ٣١

[17:31] Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

Pernah baca di koran ada ibu yang tega membunuh anaknya karena hidup miskin, entah takut anaknya ikut sengsara, atau takut beban hidup makin besar untuk membesarkan anak? Ternyata sudah ujian manusia dari jaman dulu seperti itu. Makanya kalau tertulis di Quran, insya Allah akan relevan sampai kapanpun, jadi gak bisa bilang itu kan cerita jaman dulu (asatirul awalin), bla-bla-bla.. Disinilah keimanan seorang muslim diuji.


Rezeki Karena Istigfar
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ﴿ ١٠
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا ﴿ ١١
مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا ﴿ ١٣
 [71:10] maka aku katakan kepada mereka: ´Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,
 [71:11] niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
 [71:12] dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

Gampang sekali ya, sekedar istigfar? Engga, tobat itu perlu keyakinan yang betul-betul, refleksi diri apa-apa yang sudah kita perbuat, jangan-jangan ada hal-hal yang kalau bukan maksiat, setidaknya kurang berkenan bagi yang lain, atau ada hal-hal yang faktanya menghalangi rezeki datang ke kita. In other words, menghalangi kita muslim menjadi mukmin. Astaghfirullah....

Dalam ayat di atas disebut pula tentang anak, berarti misalnya ada pasangan yang kesulitan dalam memiliki keturunan, banyak-banyak istigfar saja. Bukan maksudnya men-judge pasangan tersebut dosanya banyak, dan betul, emangnya kita tau darimana kalau semua itu karena dosa? Tapi coba dihayati saja ayat ini. Lagipula dakwah kan gak boleh baper.

Rezeki Karena Menikah
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿ ٣٢
 [24:32] Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Indonesia main banyak penduduk, Australia makin sepi, katanya di negera sana orang-orangnya malas menikah, dengan berbagai alasan, mulai dari ekonomi hingga karena sekedar rempong. Kalau pakai otak aja, jelas-jelas diciptakan ada laki-laki, ada perempuan, ada mekanisme perkawinan memperoleh keturunan, maka maksudnya Allah menciptakan hal-hal tersebut untuk apa?

Lagi-lagi, dalam Al-Qur'an sudah ada panduannya. Saya sering mengibaratkan Al-Quran itu seperti kisi-kisi kehidupan, seperti halnya ketika jaman sekolah dulu untuk masuk sekolah ataupun universitas favorit, ada soal-soal ujian, yang saya Alhamdulillah lolos, dan saya menemukan menjawab soal-soal ujian tadi tidak sulit, karena sering latihan soal dari bank soal. Memang lucu, soal-soal itu tiap tahunnya berulang, hanya ganti angka, ganti nama, ganti tema, tapi begitu pula hidup, persoalan hidup sebenarnya dari permulaan jaman ya itu-itu saja.

Rezeki Karena Bersyukur
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿ ٧
 [14:7] Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Meskipun ya, kadang kala spontan ngeklaimnya kita berhasil karena giat usaha, lolos ujian karena rajin belajar, pintar menarik perhatian, berkarisma, dsb... Mestinya kan karena Allah ya? Kalau tidak dizinkan, takkan lolos kita. Ada lagi yang bilang alam semesta mendukung... Ya tetap saja jangan lupa di atas itu semua Allah yang kasih. Maka bersyukurlah bihamdi robbika.

Rezeki Karena Sedekah
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ﴿ ٢٤٥
 [2:245] Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Kalau di training-training terkait riba, biasanya nyambung pemahamannya tentang hal ini. Ada kata pinjaman, berlipat ganda pembayarannya. Karena faktanya hal-hal tersebut dekat sekali dengan konsep sedekah. Banyak pula yang mulai mengambil istilah sedekah sebagai investasi akhirat. Masya Allah... Semoga dilapangkan rezekinya... Aamiin...

Rezeki Karena Usaha
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ ٣٩
[53:39] dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,

Bagaimanapun, konsep di Islam itu kita tidak boleh bermalas-malasan. Kalau tetap malas ya jangan komplein kalau apa yang didapat sesuai kemalasannya. Kalau rajin, insya Allah sudah dijanjikan, akan setimpal dengan usahanya.

Demikian bahasan kali ini...

Bisa jadi masih banyak pintu rezeki, dan barangkali 8 yang disebutkan di atas setidaknya cukup membuka hati kita dan mudah-mudahan bermanfaat dan bisa segera diamalkan.

Wallahu a'lam bishowab

Popular posts from this blog

Agile, Buru-buru, Labil?

Bismillah... Semoga Allah segera meluruskan bila ada yang salah dalam pemikiran saya ini yang hendak saya tuliskan ini. Image by Free-Photos from Pixabay Cerita kali ini tentang salah satu personality traits yang cukup populer di era teknologi saat ini, era digital, era milenial. Tidak lain ialah soal kelincahan, atau agility, yang bagi kalangan gamers

Hijrah Kontemporer, perlukah?

Image by Johannes Plenio from Pixabay Setelah sekian lama masuk ke dunia kerja, rasanya kehidupan tidak semulus kebanyakan dongeng semasa kecil, tidak selurus ajaran di bangku sekolah.    Ya, hidup itu keras, menghalalkan segala cara bisa jadi ada tergantung budaya kantornya, yang sudah mengakar. Maka bagaimanakah nasib muslim kantoran yang sudah terlanjur masuk ke industri yang tidak lurus? 

Mengejar Akhlaq, Umat yang sedikit

Image by John Hain from Pixabay Salam, Ini cerita flashback saya ketika di bangku SD. Kebetulan saya dimasukkan ke sekolah negeri, yang satu kelas isinya banyak sekali murid, sekalipun sudah dibagi kelas pagi dan siang. Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah itu ialah agama Islam. Meskipun saya tidak terlalu pandai menghafal, tetapi saya cukup cerdik mempelajari situasi supaya mendapat nilai bagus di mata pelajaran agama tersebut, tentunya bukan dengan mencontek ataupun cara yang tidak mulia lainnya. Sebaliknya, ternyata trik yang saya lakukan itu merupakan pelajaran yang berharga seterusnya bagi kehidupan saya. Akhlaq.