Skip to main content

Agile, Buru-buru, Labil?

Bismillah...
Semoga Allah segera meluruskan bila ada yang salah dalam pemikiran saya ini yang hendak saya tuliskan ini.

Image by Free-Photos from Pixabay

Cerita kali ini tentang salah satu personality traits yang cukup populer di era teknologi saat ini, era digital, era milenial. Tidak lain ialah soal kelincahan, atau agility, yang bagi kalangan gamers
pastinya sudah kenal sekali, agility merupakan salah satu trait krusial diantara beberapa trait pokok lain seperti strength dan intelligent. Wajar saja, karakter permainan yang difokuskan pada agility, seringkali mendominasi arena pertempuran, terutama dengan dukungan skill terkait seperti blink, steath, rapid attack, dan lainnya. Intinya memanfaatkan kecepatan.

Di dunia kerja, lincah bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam bergerak secara fisik, tapi saat ini yang diharapkan sebenarnya lebih pada kemampuan beradaptasi terhadap perubahan terutama terkait kemajuan teknologi. Bisa melakukan banyak hal, cekatan, jack of all trades, bisa jadi populer di beberapa tahun lalu, dimana seseorang yang diandalkan bisa mengisi pekerjaan operasional, keuangan, bahkan perencanaan korporasi sekaligus. Kaki tangan direksi, julukan yang sering dilontarkan rekan-rekan lain yang menilainya. Tapi agile yang sekarang ini, dimaksudkan bila orang ini bisa merespon dengan baik perkembangan di dunia teknologi. Ponsel Android selalu update dari 1.5 alias cupcake, donut, eclair, terus sampai oreo dan pie, hingga pusing nama berikutnya kembali ke angka 10 dst. Apa perubahan-perubahan dari versi 5 ke 6? 9 ke 10? This agility.

Masalahnya, ketika kemudian istilah ini populer, tentunya kita ingin atau terinspirasi untuk menjadi agile, dan bisa jadi saking ingin tampil agile maka dalam keseharian pun... jadi celamitan, seradak-seruduk.

Agile itu bukan, dan tidak mesti, hiper, buru-buru.

Lagi-lagi salah kaprah. Bicaranya cepat, lompat dari satu topik ke topik lain, dipangkas kesimpulannya demi hemat waktu, mobility tinggi, kalau bisa lari-lari kesana kemari, atau terbang sana sini, licin susah dipegang, susah ditemui, tampak sibuk. Apakah Anda salah satunya? Sholatnya cepat juga, inti sarinya saja, demi waktu yang berharga, kadang lupa weekend bersama keluarga. Apakah Anda demikian?

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إذا أقيمت الصلاة فلا تأتوها وأنتم تسعون، وأتوها وأنتم تمشون وعليكم السكينة، فما أدركتم فصلوا وما فاتكم فأتموا
Apabila shalat sudah ditegakkan janganlah engkau mendatanginya dengan berlari-lari. Datangilah sambil berjalan dengan tenang. Apa yang kalian dapatkan dari shalat maka ikutilah, dan apa yang kalian tertinggal maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam sholat dicontohkan, dalam kondisi yang berpacu dengan waktu, kekhawatiran tertinggal rakaat, dan sebagainya sebagai manusia itu wajar. Makanya Rasulullah mengajarkan, supaya tidak tergesa-gesa, justru tetap berjalanlah dengan penuh wibawa, masalah dapat rakaat atau tidak, itu Allah yang sudah tentukan, maka sempurnakan dari apa yang sedapatnya.

Perhatikan bahwa perintah ini, jalan dengan elegan ini, artinya sebenarnya manusia sanggup berlari untuk mengejar. Berbeda halnya orang yang memang dasarnya malas, dan ketika berjalan pelan dikarenakan kemalasannya, klemar-klemer, ini diluar konteks.

Dari Anas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)


Ingin tahu selengkapnya.
Yuk KLIK: https://rumaysho.com/219-nasehat-berharga-janganlah-tergesa-gesa.html
Dalam menghadapi segala sesuatu pun hendaknya tidak tergesa-gesa, sebagaimana diajarkan Rasulullah.


Dari Anas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
https://rumaysho.com/219-nasehat-berharga-janganlah-tergesa-gesa.html
Dari Anas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)


Ingin tahu selengkapnya.
Yuk KLIK: https://rumaysho.com/219-nasehat-berharga-janganlah-tergesa-gesa.html
Dari Anas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)


Ingin tahu selengkapnya.
Yuk KLIK: https://rumaysho.com/219-nasehat-berharga-janganlah-tergesa-gesa.html
Ya sampai segitunya, bisa dibilang, soal tergesa-gesa vs sabar. Again, pahami konteksnya, bukan lamban. Itu tidak termasuk disini.

Bahkan dalam Quran pun, dilarang, maka akhir cerita lah soal buru-buru ini.

surat Al-Qiyamah ayat 16-19:
{ لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19) }
Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Alquran karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya”.
Kembali lagi karena dasarnya manusia itu gampang banget tergesa-gesa, makanya diajarin untuk tidak.

surat Al-Isra’ ayat 11:
وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا
Artinya: “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.”

Dan pastinya Agile itu tidak untuk menjadi labil

Agile juga tidak berarti tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Apabila ada sebuah deal yang salah satu pihaknya nge-push untuk segera close, misalnya ditekan sebelum harga naik, sebelum dibeli oleh orang lain, sebelum dia berubah pikiran.. tidak usah ambil pusing, justru langsung tinggalkan saja, karena pasti ada yang tidak beres di situ. Kembali ke poin sebelumnya, yang buru-buru itu sifat setan. Jadi jangan mau dipengaruhi setan.

Dalam Islam bahkan diajarkan kalau risau atas sesuatu, pilihan terutama, sholat istikharah.

Bahkan ketika tidak yakin akan tulisan ini ketika kebetulan saja mendarat di halaman ini, bingung untuk mengikuti atau tidak (untuk mengasah agility), sholat lah.

Wallahu a'lam bishowab

Popular posts from this blog

Hijrah Kontemporer, perlukah?

Image by Johannes Plenio from Pixabay Setelah sekian lama masuk ke dunia kerja, rasanya kehidupan tidak semulus kebanyakan dongeng semasa kecil, tidak selurus ajaran di bangku sekolah.    Ya, hidup itu keras, menghalalkan segala cara bisa jadi ada tergantung budaya kantornya, yang sudah mengakar. Maka bagaimanakah nasib muslim kantoran yang sudah terlanjur masuk ke industri yang tidak lurus? 

Mengejar Akhlaq, Umat yang sedikit

Image by John Hain from Pixabay Salam, Ini cerita flashback saya ketika di bangku SD. Kebetulan saya dimasukkan ke sekolah negeri, yang satu kelas isinya banyak sekali murid, sekalipun sudah dibagi kelas pagi dan siang. Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah itu ialah agama Islam. Meskipun saya tidak terlalu pandai menghafal, tetapi saya cukup cerdik mempelajari situasi supaya mendapat nilai bagus di mata pelajaran agama tersebut, tentunya bukan dengan mencontek ataupun cara yang tidak mulia lainnya. Sebaliknya, ternyata trik yang saya lakukan itu merupakan pelajaran yang berharga seterusnya bagi kehidupan saya. Akhlaq.