Skip to main content

Was-was itu yang mestinya dilawan


Bismillah...

Babe Haikal sempat beberapa waktu lalu mengatakan di dalam sebuah kajian bertemakan hijrah, bahwa ujian setelah hijrah itu bersiap-siap dibully. Setelah hijrah pastinya akan dihujani berbagai macam sebutan, dicap macam-macam. Mungkin supaya yang kurang lebih . Serupa, baru-baru ini saya juga sempat melihat kutipan kajian Buya Yahya, menyebutkan jangan kuatir dibilang "Sok Alim". Ini maksudnya di instagram sering ada yang posting yang menyerukan/mengingatkan tentang ibadah, hadist, dalil, kajian, tapi kemudian goyah karena kuatir dicap sok alim. Padahal disitulah ujiannya.

Jangan-jangan benar, niat kita kemudian luruh dan menjadi riya'?

Bisa jadi, tapi bukan berarti kemudian stop berbalik, justru tinggal diluruskan lagi saja niatnya.

Contoh, ke tanah suci niat awalnya karena Allah, kemudian lama kelamaan terlalu banyak aktivitas media sosial, foto-foto dan sebagainya, kuatir jadi riya'. Nah, ini dilawan, di review lagi kontennya apa yang mau/telah diposting itu jangan sampai berunsur riya'. Benerin, lurusin. Gitu aja kok repot.

Kembali ke Babe Haikal yang kemudian menceritakan kisah seorang ayah, anak dan seekor keledai. Ayah dan anaknya ini untuk kebutuhan hidup hendak menjual keledainya di sebuah pasar. Karena ayah dan anak ini ingin supaya keledainya tetap terlihat fit sehingga laku di pasar, maka mereka tuntunlah keledai tersebut sepanjang jalan ke pasar. Dalam perjalanan melewati penduduk, sayup-sayup mereka dengarkan komentar masyarakat sekitar: "bodoh sekali mereka itu, keledai sehat tapi malah dituntun". Tidak hanya satu dua, banyak yang berkomentar serupa hingga akhirnya sang ayah mengatakan pada anaknya, "Ya sudah, kamu tunggangi saja keledainya, daripada makin banyak orang yang berkomentar yang tidak-tidak".

Tak lama melanjutkan perjalanan dengan sang anak berada di atas punggung keledai, komentar yang berbeda kemudian mulai terdengar dari orang-orang di sekitar: "anak tidak tahu diri, ayahnya dibiarkan berjalan kaki sementara dia enak-enakan di atas keledai". Tidak tahan dengan tuduhan tersebut, sang anak kemudian meminta ayahnya "Ayah, gantian ayah saja yang menunggangi keledai ini, saya tidak tahan cemoohan mereka".

Tak jauh berjalan dengan posisi ayah yang saat ini di atas punggung keledai, muncul komentar lain lagi dari warga sekitar: "ayah itu tidak sayang anaknya, kasihan disuruh jalan sementara dia santai di atas keledai". Tentu saja sang ayah juga tidak kuat, dan kehabisan pilihan, akhirnya keledai tersebut mereka gotong saja dan berjalan dengan cepat menuju pasar.

Bisa ditebak komentar masyarakat selanjutnya? kurang lebih: "mencurigakan sekali, apakah mereka itu maling keledai?"


Photo by Al Butler from Pexels

Maka mohonlah perlindungan kepada Allah, dari makhluknya yang meniupkan was-was ke dada manusia. Aamiin YRA.

Popular posts from this blog

Agile, Buru-buru, Labil?

Bismillah... Semoga Allah segera meluruskan bila ada yang salah dalam pemikiran saya ini yang hendak saya tuliskan ini. Image by Free-Photos from Pixabay Cerita kali ini tentang salah satu personality traits yang cukup populer di era teknologi saat ini, era digital, era milenial. Tidak lain ialah soal kelincahan, atau agility, yang bagi kalangan gamers

Hijrah Kontemporer, perlukah?

Image by Johannes Plenio from Pixabay Setelah sekian lama masuk ke dunia kerja, rasanya kehidupan tidak semulus kebanyakan dongeng semasa kecil, tidak selurus ajaran di bangku sekolah.    Ya, hidup itu keras, menghalalkan segala cara bisa jadi ada tergantung budaya kantornya, yang sudah mengakar. Maka bagaimanakah nasib muslim kantoran yang sudah terlanjur masuk ke industri yang tidak lurus? 

Mengejar Akhlaq, Umat yang sedikit

Image by John Hain from Pixabay Salam, Ini cerita flashback saya ketika di bangku SD. Kebetulan saya dimasukkan ke sekolah negeri, yang satu kelas isinya banyak sekali murid, sekalipun sudah dibagi kelas pagi dan siang. Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah itu ialah agama Islam. Meskipun saya tidak terlalu pandai menghafal, tetapi saya cukup cerdik mempelajari situasi supaya mendapat nilai bagus di mata pelajaran agama tersebut, tentunya bukan dengan mencontek ataupun cara yang tidak mulia lainnya. Sebaliknya, ternyata trik yang saya lakukan itu merupakan pelajaran yang berharga seterusnya bagi kehidupan saya. Akhlaq.