Skip to main content

Menegakkan syariat bagi pemeluknya

Bismillah....

Entah kenapa saya merasa kondisi politik di negara saya ini ada oknum ketiga yang mempengaruhi. Jadi sepertinya bukan soal kubu 01 lawan kubu 02, dan bahkan bagi saya keduanya baik-baik saja, tetapi rasanya kok ada kubu "03" ini yang sebenarnya adalah pengaruh yang kurang baik. Kuatirnya sekedar ribut dan mensuriahkan negeri ini. Oknum ketiga...



Mengingat kembali ketika di masa-masa kampanye, seorang tokoh kubu salah satunya menyarankan untuk jangan memilih kubu lawannya, alasannya kalau kubu lawannya itu yang menang dan memegang pemerintahan, nanti kita semua disuruh sholat. Tentu saja ini opini dan bisa jadi tuduhan bagi sebagian yang lain.

Terlepas dari itu sebenarnya yang perlu dipertanyakan adalah kenapa ada orang yang sampai berpikiran seperti itu? Jangan-jangan pemeluk agama lain benar berpikiran demikian? Ini yang berarti ada yang tidak terkomunikasikan dengan baik.

Letak kesalahannya adalah jika yang dipikir itu kewajiban menjalankan syariat Islam ke yang bukan pemeluknya. Ini bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-Kafirun.

Seandainya ingin menegakkan syariat Islam, itu ditujukan kepada pemeluknya. Tidak boleh ke yang bukan pemeluknya.

Jadi inget dulu pernah ada laki-laki dan perempuan bukan muhrim sedang berduaan, kemudian ada yang nyahut "hei jangan berdua-duaan, nanti yang ketiga itu setan". Oknum ketiga ini, yang berbahaya.

Baiklah, seandainya kemudian yang ditegakkan itu syariat Islam bagi pemeluknya, apakah pemeluknya ini keberatan? Jangan-jangan iya? Artinya kalau seorang muslim diingatkan atau diajak sholat oleh temannya yang muslim juga, lantas dia marah, seraya berkata "urus saja urusanmu sendiri, karena saya sholat atau tidak itu urusan saya dengan Tuhan".

Nah kalau paham ini namanya paham sekuler. Tapi untungnya sampai saat ini negara saya tidak sekuler, tapi juga tidak sedemikian galak ke pemeluknya. Tak heran kalau ketemu warga yang KTPnya disebut muslim, tapi maksiat jalan terus, ekstrimnya narkoba, maling, korup, cabul, prostitusi, mabok, togel, teror, ada penegak hukum yang mengamankan. Tapi maksiat yang lain seperti zina, mesum, riba, suap di swasta, miras, dugem, casino. dll sering meleset untuk penegakannya, ingat ini maksudnya untuk muslim karena di Islam hal-hal tersebut dilarang. Di negera tetangga, untuk casino, miras misalnya, dicek dulu KTPnya, muslim dilarang masuk. Bank juga gitu, kalau muslim, produk yang dibukakan rekeningnya yang syariah seperti bagi hasil, sekedar contoh saja. Tidak setuju? berarti aqidahnya perlu dipertanyakan.

Jadi, oknum ketiga ini siapa? Yang sepertinya akan senang kalau ada keributan yang berkaitan dengan agama, supaya tujuannya agama dipandang buruk dan akhirnya semua orang meninggalkan agama. Bisa jadi oknum ini ngakunya sebagai kubu 01, atau 02, atau ada di keduanya supaya chaos? Jangan-jangan ciri-cirinya sekuler?

Semoga Allah senantiasa menjaga negeri ini tetap damai.

Image by Three-shots from Pixabay

Bagaimana bagi muslim yang tinggal di negara yang mayoritasnya non-muslim? atau negeranya sekuler?

Disitulah ujian keimanan? sudah berislam, kemudian apakah sudah beriman?

۞ قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ  
qālatil-a'rābu āmannā, qul lam tu`minụ wa lāking qụlū aslamnā wa lammā yadkhulil-īmānu fī qulụbikum, wa in tuṭī'ullāha wa rasụlahụ lā yalitkum min a'mālikum syai`ā, innallāha gafụrur raḥīm 

Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” 

[Al-Hujurat: 14] litequran.net

FYI, perintah puasa di bulan Ramadhan ditujukan kepada orang-orang yang beriman

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ 
yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn 

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
[Al-Baqarah:183] litequran.net
Wallahu a'lam bishowab

Popular posts from this blog

Agile, Buru-buru, Labil?

Bismillah... Semoga Allah segera meluruskan bila ada yang salah dalam pemikiran saya ini yang hendak saya tuliskan ini. Image by Free-Photos from Pixabay Cerita kali ini tentang salah satu personality traits yang cukup populer di era teknologi saat ini, era digital, era milenial. Tidak lain ialah soal kelincahan, atau agility, yang bagi kalangan gamers

Hijrah Kontemporer, perlukah?

Image by Johannes Plenio from Pixabay Setelah sekian lama masuk ke dunia kerja, rasanya kehidupan tidak semulus kebanyakan dongeng semasa kecil, tidak selurus ajaran di bangku sekolah.    Ya, hidup itu keras, menghalalkan segala cara bisa jadi ada tergantung budaya kantornya, yang sudah mengakar. Maka bagaimanakah nasib muslim kantoran yang sudah terlanjur masuk ke industri yang tidak lurus? 

Mengejar Akhlaq, Umat yang sedikit

Image by John Hain from Pixabay Salam, Ini cerita flashback saya ketika di bangku SD. Kebetulan saya dimasukkan ke sekolah negeri, yang satu kelas isinya banyak sekali murid, sekalipun sudah dibagi kelas pagi dan siang. Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah itu ialah agama Islam. Meskipun saya tidak terlalu pandai menghafal, tetapi saya cukup cerdik mempelajari situasi supaya mendapat nilai bagus di mata pelajaran agama tersebut, tentunya bukan dengan mencontek ataupun cara yang tidak mulia lainnya. Sebaliknya, ternyata trik yang saya lakukan itu merupakan pelajaran yang berharga seterusnya bagi kehidupan saya. Akhlaq.